Renungan Pagi – 25 Mei 2025

Prestasi Sejati

Oleh : Pdt. Dr. Ir. Wignyo Tanto, M.M, M.Th.

Ayat Renungan: Markus 8:36

“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.”

Jika kita bicara soal prestasi, sejak kecil kita dididik untuk berprestasi. Saat masih kecil, kita harus belajar dan menjadi juara; kita diarahkan untuk mengejar prestasi seumur hidup. Ketika sudah besar, kita ingin menjadi yang terbaik di sekolah, kampus, bahkan bisnis. Sebenarnya, mengejar prestasi tidak salah, tergantung motivasi yang mendasarinya. Prestasi hanyalah sarana agar hidup lebih efektif, bukan tujuan. Gelar, penghargaan, kekayaan, popularitas, dan kekuasaan sering dianggap sebagai ukuran makna hidup, padahal itu semua hanyalah alat, bukan tujuan. Dalam Markus 8:36, Tuhan Yesus berfirman, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?” Jika prestasi menjauhkan kita dari Tuhan, keluarga, bahkan persekutuan orang percaya, itu bukan berkat, melainkan jebakan Iblis.

Prestasi bisa menjadi jebakan iblis jika membuat seseorang terjerat dalam usahanya dan jauh dari Tuhan. Contohnya, bisnis yang sukses, tetapi hanya mempersembahkan sedikit untuk pekerjaan Tuhan. Orang miskin yang hatinya penuh sukacita kepada Tuhan justru mempersembahkan yang benar. Tujuan kita diberkati oleh Tuhan adalah untuk menjadi berkat, bukan hanya menikmati berkat Tuhan sendiri. Tuhan tidak anti terhadap kekayaan atau prestasi, tetapi Ia ingin hati kita tetap pada-Nya. Prestasi anak Allah mencerminkan karakter Allah, seperti kejujuran, kasih, keadilan, dan pengorbanan. Tanpa pertobatan, prestasi justru bisa membuat jiwa seseorang menjadi sakit dan kosong.

Alkitab penuh dengan tokoh berprestasi, seperti Yusuf, Daniel, dan Ester, tetapi yang terpenting adalah untuk siapa semua prestasi itu. Kolose 3:23 mengingatkan bahwa, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Prestasi yang benar adalah prestasi yang dipersembahkan untuk kemuliaan Tuhan. Inilah prestasi yang bernilai kekal. Sebaliknya, prestasi yang dinikmati sendiri adalah jebakan Iblis yang merusak dan membuat seseorang semakin sombong dan jauh dari Tuhan. Banyak orang kaya dan berprestasi justru merasa hampa, bahkan bunuh diri. Prestasi yang tidak dipersembahkan bagi Tuhan sesungguhnya hanyalah debu fana yang tak bermakna.

Prestasi seharusnya dipakai untuk memuliakan Tuhan dan melayani sesama. Semakin besar prestasi seseorang, semakin besar pula tanggung jawabnya untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Lukas 12:48 menegaskan bahwa, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” Mari kita belajar dan bertobat. Gunakan prestasi kita untuk memberkati banyak orang.

“Prestasi yang sejati adalah ketika kita mengenal Tuhan, mengasihi Tuhan, dan mengasihi sesama dengan seluruh hidup kita.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *