Renungan Pagi – 10 April 2025

Spirit Lucifer

Oleh : Pdt. Dr. Ir. Wignyo Tanto, M.M, M.Th.

Ayat Renungan: Amsal 16:18

“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”

Sebenarnya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang mengharapkan jatuh lalu celaka, tetapi faktanya ada banyak sekali orang yang jatuh ke dalam dosa, bahkan ada makhluk surgawi yang jatuh. Mestinya, cerita ini menjadi peringatan keras bagi kita. Ia sudah ada di surga, diberi kekuasaan oleh Tuhan, memiliki daerah kekuasaan. bahkan ia diciptakan luar biasa, indah, dan berhikmat. Ia hanya perlu mengabdi kepada Tuhan dan melayani Tuhan selamanya. Akan tetapi, makhluk ini memberontak. Sungguh sebuah tindakan yang sangat bodoh. Ia memberontak dengan berhendak untuk naik ke langit dan menyamai Yang Mahatinggi (Yes. 14:14). Ia ingin lebih dari yang diberikan Tuhan. Sesungguhnya, inilah sumber kejatuhan setiap pribadi, baik itu malaikat di surga maupun manusia di bumi.

Adam dan Hawa juga demikian. Tuhan sudah perintahkan untuk jangan memakan buah itu. Mestinya, Adam dan Hawa taat dan mendengarkan perkataan Tuhan, tetapi Adam dan Hawa lebih mendengarkan perkataan Iblis yang menipu mereka. Sejak semula, Iblis sudah menyampaikan kebohongan dan kepalsuan. Ia berkata, kalau Hawa makan buah itu, ia tidak akan mati, melainkan akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 3:4—5). Hawa pun terpancing lalu ia makan buah itu dengan harapan menjadi seperti Allah dan akhirnya jatuhlah ia ke dalam dosa. Demikian juga Adam. Hawa menawari buah itu kepada Adam dan ia memakannya juga.

Ini merupakan suatu tindakan yang secara sengaja mengabaikan perintah Tuhan. Kalau kita masih diberi kesempatan, masih hidup dan masih bisa mendengar kebenaran, harusnya kita belajar supaya tidak mengulang kesalahan yang sama. Ada banyak sekali orang yang mau melewati batasan; ia mau menyamai Yang Mahatinggi—meskipun tidak mengatakannya dengan mulut—ia mau lebih dari posisinya sekarang. Padahal, Tuhan menempatkannya di posisi itu. Harusnya, ketika kita ditempatkan dalam posisi apa pun, kita harus melakukan dan mengerjakannya dengan penuh tanggung jawab. Kalaupun Tuhan angkat kita dari posisi itu, ya, kita ikut Tuhan saja. Tetap lakukan bagian kita.

Firman Tuhan dalam Amsal 16:18 dengan jelas menegaskan bahwa kesombongan atau tinggi hati menyebabkan kejatuhan dan kehancuran. Masalahnya, banyak orang itu sombong, tetapi tidak merasa sombong, tidak merasa bersalah. Sebaliknya, banyak orang justru malah merasa berhak mendapat lebih dari yang Tuhan berikan—karena ia pakai pikirannya sendiri. Manusia seperti ini sebenarnya sedang ditipu oleh Iblis, tetapi ia tidak sadar. Ia bisa saja ada di gereja sebagai rohaniwan, tetapi tidak sadar bahwa dirinya sedang ditipu Iblis dan sedang mengalami kejatuhan.

Kesombongan itu juga termasuk menilai diri lebih tinggi dari orang lain dengan merasa lebih mampu dan lebih baik dari orang lain. Ini kesombongan. Seandainya kita lebih baik, kita tidak perlu merasa demikian. Kita taat saja kepada Tuhan dan kepada otoritas yang ada di bumi ini. Jangan jadi pemberontak.

Ketika seseorang menilai dirinya lebih tinggi dari orang lain, sebenarnya ia orang yang tidak tahu diri yang tidak bisa mengukur dirinya sehingga ia menginginkan sesuatu yang tidak sepantasnya ia miliki. Tuhan memberikan segala sesuatu kepada kita sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Pada saatnya, seseorang bisa diangkat Tuhan, ditaruh di tempat yang baru, dan lain-lain—semua untuk kemuliaan Tuhan. Akan tetapi, kalau seseorang punya ambisi, punya agenda pribadi, ini adalah spirit Lucifer. Banyak orang itu sombong, tetapi tidak merasa sombong. Ia merasa lebih rohani, tidak mau ditegur, menganggap orang lain lebih rendah, tidak merasa membutuhkan Tuhan, dan lain-lain.

Lucifer itu jatuh bukan karena kurang talenta atau kurang hikmat, tetapi karena ia mulai menyukai dan mulai terobsesi dengan kelebihan-kelebihannya sendiri. Ia jatuh bukan karena kelemahan, tetapi tertipu oleh keinginannya sendiri. Sebab, setiap pribadi diseret oleh keinginannya sendiri dan dipikat olehnya (Yak. 1:14). Lucifer jatuh karena ia ingin menyamai Yang Mahatinggi, padahal dirinya sendiri sebenarnya juga tidak mampu menyamai Yang Mahatinggi. Banyak orang di dunia ini juga memiliki banyak keinginan seperti Lucifer, padahal tidak bisa. Itulah sebabnya, kita harus belajar merendahkan diri dan belajar sungguh-sungguh sehingga ketika suatu hari kita diangkat Tuhan, kita tidak jatuh. Jangan sampai kita mewarisi spirit Lucifer.

Kesombongan ini sebenarnya merupakan suatu bentuk penolakan terhadap pimpinan Roh Kudus, Kesombongan ini menyebabkan banyak orang tidak sadar sedang ditipu oleh Iblis. Iblis itu licik. Ia bisa menipu banyak orang dengan cara-cara yang licik. Firman Tuhan mengatakan bahwa Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor. 11:14). Ia bisa menggunakan ayat-ayat Alkitab, tetapi sebenarnya ayat-ayat itu diselewengkan dari maknanya yang sejati. Dari buahnyalah kita akan tahu roh apa yang diwarisi seseorang. Sebab, roh yang ada dalam diri seseorang—karena suatu ajaran—akan menjadi buah yang kelihatan nyata dan dapat dirasakan.

Oleh karena itu, mari kita belajar untuk merendahkan diri dan taat kepada Tuhan. Jangan taat pada kepalsuan, tetapi taatlah pada kebenaran. Kita harus hidup dalam kebenaran setiap saat dalam seluruh aspek hidup kita. Kita harus belajar firman Tuhan dan melakukannya setiap saat. Mari kita merendahkan diri seperti Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya dan taat kepada Bapa di surga.

“Barangsiapa berhikmat, ia akan merendahkan diri seperti Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya kepada Bapa di surga.”

Leave a Comment