Belas Kasihan
Oleh : Pdt. Dr. Ir. Wignyo Tanto, M.M, M.Th.
Ayat Renungan: Matius 9:13
“Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Firman Tuhan berkata bahwa, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan, bukan persembahan.” Maksudnya, kalau orang mempersembahkan uang atau apa pun di gereja, tetapi ia tidak memiliki belas kasihan, percuma saja. Belas kasihan dalam bahasa Yunaninya adalah splagchnizomai, yang artinya pergerakan mendalam dari hati yang mendorong tindakan kasih. Jadi, belas kasihan bukan sekadar perasaan kasihan dari jauh, melainkan rasa iba yang mendorong kita untuk turun tangan. Itulah yang disebut belas kasihan.
Pribadi Tuhan Yesus adalah Pribadi Agung yang penuh dengan belas kasihan. Contohnya, dalam Matius 9:36, ketika Ia melihat orang banyak, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan karena mereka lelah dan terlantar seperti domba tanpa gembala. Tuhan Yesus tidak hanya memperhatikan kebutuhan jasmani mereka, tetapi terutama kebutuhan rohani mereka. Ia aktif mengajar, menyembuhkan, memberi makan, dan melakukan mukjizat; bukan untuk memamerkan kuasa-Nya, tetapi agar orang-orang mengerti kebenaran dan hidup sesuai kehendak Bapa di surga.
Belas kasihan adalah ciri khas orang yang beriman dengan benar. Tuhan Yesus mudah tersentuh hati-Nya, terutama terhadap orang berdosa. Misalnya, dalam Yohanes 8:11, Ia berkata kepada perempuan yang tertangkap berzina, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Ini berlawanan dengan sikap kebanyakan orang yang ingin menghukum perempuan tersebut. Persembahan mereka sia-sia karena tidak disertai belas kasihan. Sesungguhnya, Tuhan menghendaki belas kasihan, bukan ritual keagamaan yang kaku.
Kita harus meneladan belas kasihan Tuhan Yesus. Ketika melihat orang berbuat dosa, jangan langsung menghakimi atau menghukum, melainkan doakan mereka agar mereka sadar dan bertobat. Firman Tuhan dalam Lukas 23:34 memperlihatkan bahwa sekalipun Tuhan Yesus disiksa dan akhirnya disalib, Ia tetap berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Belas kasihan juga berarti mengasihi musuh dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Sejatinya, belas kasihan itu tidak pilih-pilih. Alangkah indahnya jika seluruh hamba Tuhan dan jemaat memiliki belas kasihan sehingga gereja menjadi tempat untuk saling mengasihi, bukan menjadi tempat untuk saling menyakiti atau berpolitik. Ingatlah firman Tuhan ini, yaitu bahwa, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan, bukan persembahan.” Persembahkan seluruh hidup kita, tetapi jangan lupakan belas kasihan kepada sesama. Sebab, tanpa belas kasihan semuanya sia-sia. Mari kita bertobat dan hidup dalam belas kasihan seperti Tuhan Yesus yang penuh dengan belas kasihan.
“Sesungguhnya, Tuhan menghendaki belas kasihan, bukan ritual keagamaan yang kaku.”