Dunia yang Hambar
Oleh : Pdt. Dr. Ir. Wignyo Tanto, M.M, M.Th.
Ayat Renungan: Matius 5:13
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”
Kita tahu bahwa fungsi garam adalah memberikan rasa asin pada makanan atau minuman. Jadi, kalau dunia ini diibaratkan sebagai sesuatu yang hambar, maka kita diibaratkan sebagai garam dunia. Dalam Matius 5:13, Tuhan Yesus berkata bahwa kita adalah garam dunia dan jikalau garam itu menjadi tawar, maka garam itu tidak ada gunanya lagi. Kita adalah orang-orang yang menggarami dunia ini. Jika kita tidak bisa menggarami atau memengaruhi dunia, maka sesungguhnya kita tidak berguna. Kalau kita menjadi hambar atau menjadi sama dengan dunia ini, maka kita tidak ada gunanya lagi. Itulah sebabnya, firman Tuhan mengatakan, jangan menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budi (Rm 12:2). Sebab, jika tidak demikian, hidup kita ini menjadi sia-sia dan tidak ada gunanya. Sesungguhnya, kita dipanggil Tuhan untuk menjadi garam dunia untuk menggarami atau memengaruhi dunia, bukan malah terpengaruh oleh dunia.
Menggarami berarti memberi rasa yang berbeda dan mengawetkan. Garam memengaruhi dunia ini, membuatnya berbeda. Jika kita sendiri tidak bisa memengaruhi dunia, berarti kita ikut menjadi hambar seperti orang dunia dan hidup kita tidak berkenan bagi Tuhan.
Hidup sebagai garam dunia berarti kita harus berpengaruh secara positif, membuat orang-orang di sekeliling kita yang berpikir secara duniawi berubah menjadi orang-orang yang berpikir secara rohani dan surgawi. Firman Tuhan dalam Kolose 4:6 mengatakan, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Kita harus menjaga hidup kita tetap kudus setiap saat agar kita tidak menjadi serupa dengan dunia yang hambar ini. Menggarami dunia berarti memberikan dampak positif, teladan, berkat jasmani, dan terutama keselamatan jiwa di dalam Tuhan Yesus bagi banyak orang. Menggarami orang yang belum mengenal Tuhan ibarat memberikan rasa asin pada sesuatu yang hambar. Oleh sebab itu, kita harus menjaga diri agar tetap asin dengan tidak berkompromi terhadap dosa dan berani menyatakan kebenaran dengan penuh kasih.
Hidup kita harus dijalani dalam kebenaran setiap saat agar kita efektif menjadi garam dunia. Mari kita bertobat lagi dan belajar terus agar setiap saat kita senantiasa mengalami pembaruan akal budi dan kita bisa menjadi garam dunia seperti yang Tuhan kehendaki. Hidup ini hanya satu kali. Oleh karena itu, jangan sampai hidup kita menjadi hambar dan tidak berguna. Tuhan ingin kita menjadi garam yang memberkati banyak orang dan membawa perubahan.
“Jadilah garam yang tetap asin sampai akhir.”