Teladan Hidup
Oleh : Pdt. Dr. Ir. Wignyo Tanto, M.M, M.Th.
Ayat Renungan: Lukas 22:42
“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”
Jika kita mau hidup benar, maka teladan hidup kita satu-satunya hanyalah Tuhan Yesus, bukan yang lain. Mengapa demikian? Sebab, firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya teladan yang abadi. Tuhan Yesus tidak hanya datang sebagai manusia lalu rela mati untuk kita, tetapi Ia juga memperlihatkan kepada kita bagaimana kita harus hidup dalam ketaatan mutlak kepada Bapa di surga dalam segala hal dan keadaan. Ketaatan inilah yang tidak dimiliki oleh orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus.
Selama di dunia, Tuhan Yesus hidup taat kepada Bapa di surga. Dalam Lukas 22:42, Tuhan Yesus berseru kepada Bapa di surga, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Saat itu, Tuhan Yesus sedang berdoa untuk menghadapi salib, dan dicatat bahwa keringat-Nya tampak seperti darah (Luk. 22:44) karena Ia tahu risikonya, yaitu mati dengan sengsara di kayu salib. Sebagai manusia, Ia merasakan ketakutan dan kelemahan, tetapi Ia memilih taat kepada Bapa di surga.
Dalam hidup ini, sering kali kita terbawa oleh kepentingan diri sendiri, emosi, harga diri, dan lain-lain. Itulah sebabnya, seseorang tidak bisa menjadi murid Tuhan Yesus jika tidak melepaskan diri dari segala keinginannya. Bukan berarti kita tidak boleh bekerja atau berusaha, menjadi cerdas, kaya, dan lain-lain, tetapi semuanya itu harus digunakan untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk diri sendiri. Banyak orang hanya mengaku hidup untuk Tuhan, tetapi nyatanya pelit, hitung-hitungan, dan tidak membuktikan imannya dengan perbuatan nyata.
Mari kita mengosongkan diri dan belajar dari Tuhan Yesus. Sekalipun Ia harus menghadapi maut di kayu salib, Ia tetap menyerahkan diri sepenuhnya kepada Bapa di surga. Kita pun harus begitu. Jangan kita menunggu sampai akhir hidup baru bertobat. Kita harus segera bertobat! Mulai hari ini, lepaskan ego, kesombongan, dan hal-hal lain yang menghambat pertumbuhan iman kita. Hidup kita harus sepenuhnya untuk Tuhan, bukan untuk kepentingan diri sendiri.
Jika iman kita tidak disertai perbuatan, itu adalah iman yang mati. Jangan hanya rajin ke gereja atau merasa dekat dengan Tuhan, tetapi tidak melakukan apa-apa untuk Tuhan. Iman tanpa perbuatan itu seperti tubuh tanpa roh, tidak menyenangkan Tuhan dan tidak membawa keselamatan. Mari belajar kebenaran dan jadilah cerdas. Berbaktilah kepada Tuhan dan sesama. Buktikan iman kita dengan tindakan nyata sebab hanya itulah yang berkenan di hadapan Tuhan.
“Satu-satunya teladan hidup yang benar hanyalah Tuhan Yesus.”