Renungan Pagi – 9 Mei 2025

Kita adalah Buah Sulung

Oleh : Pdt. Dr. Ir. Wignyo Tanto, M.M, M.Th.

Ayat Renungan: Yakobus 1:18

“Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.”

Yang banyak orang tidak sadari adalah bahwa kita dijadikan buah sulung oleh Tuhan. Istilah buah sulung sering disalahartikan sebagai pemberian gaji bulanan kepada gereja, padahal itu tidak pernah ada dalam Alkitab. Firman Tuhan dalam Yakobus 1:18 mengatakan bahwa, “Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.” Artinya, kita adalah hasil pertama yang terbaik yang dikhususkan bagi Tuhan, seperti dalam Wahyu 14:4, di mana orang-orang yang mengikuti Anak Domba atau Tuhan Yesus ditebus sebagai buah sulung bagi Allah dan bagi Tuhan Yesus.

Dalam Perjanjian Lama, buah sulung adalah panen atau ternak pertama yang terbaik yang dikhususkan bagi Tuhan. Namun, yang dipersembahkan bukan seluruh panen atau gaji, melainkan sebagian kecil sebagai tanda syukur kepada Tuhan. Misalnya, seikat gandum yang dikibaskan oleh imam sebagai simbol pengakuan bahwa seluruh panen yang berhasil itu karena anugerah Tuhan. Jadi, buah sulung adalah milik terbaik yang dipisahkan bagi Tuhan, bukan seluruh harta kita. Memberikan seluruh gaji ke gereja adalah tindakan yang salah dan tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

Sebagai buah sulung, kita adalah ciptaan baru, karya utama Tuhan yang pertama dan terbaik. Ini berarti hidup kita harus dipersembahkan untuk Tuhan dengan cara hidup kudus dan taat. Jika kita tidak menjadi ciptaan baru, kita bukanlah buah sulung. Kesadaran sebagai buah sulung mendorong kita untuk memprioritaskan Tuhan dalam segala hal, mempersembahkan yang terbaik dan hidup dalam kekudusan setiap saat. Sesuatu yang tidak kudus tidak layak dipersembahkan kepada Tuhan dan konsekuensinya berat, bahkan terkutuk.

Hidup kita melambangkan panen besar Tuhan, di mana kita adalah bagian dari keselamatan banyak jiwa setelah kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Sebagai buah sulung, kita dipanggil untuk hidup kudus dan taat, dipisahkan untuk kemuliaan Tuhan. Kita harus mengutamakan kepentingan Tuhan, memuliakan-Nya, dan menjaga hidup tanpa cacat cela setiap saat. Ketika menghadap Tuhan, kita mempersembahkan diri sebagai buah sulung dengan hidup yang kudus dan berkenan kepada-Nya. Ini membuat hidup kita menjadi bermakna dan penuh arti.

Sebagai buah sulung, jangan mudah menyerah dalam pelayanan atau terganggu oleh fitnah, ancaman, atau ketidaksukaan orang lain. Fokuslah hanya kepada Tuhan dan persembahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Jangan sampai kita hanya memberi sisa-sisa hidup yang tidak berarti. Tuhan berkenan jika kita hidup sebagai buah sulung, mencari, mengerti, dan melakukan kehendak Tuhan setiap saat. Melayani Tuhan bukan hanya di gereja, tetapi di mana pun kita berada, dalam segala perkara setiap waktu. Kerjakan segala sesuatunya dengan baik dan maksimal untuk Tuhan karena kita adalah ciptaan baru, buah sulung yang dikhususkan bagi Tuhan.

“Kalau kita adalah buah sulung Tuhan, kita akan melakukan segala sesuatunya dengan maksimal hanya bagi Tuhan setiap saat.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *