Renungan Pagi – 15 Mei 2025

Apa yang Dicari Manusia?

Oleh : Pdt. Dr. Ir. Wignyo Tanto, M.M, M.Th.

Ayat Renungan: 1 Korintus 10:31
“Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”

Jika kita renungkan baik-baik, pada umumnya manusia mencari kebahagiaan, keamanan, cinta, kekuasaan, dan lain-lain. Banyak orang mengira tujuan hidupnya adalah menjadi bahagia sehingga mereka mengejar kenikmatan, hiburan, prestasi, dan lain-lain. Selain itu, manusia juga ingin merasa aman, baik secara finansial, emosional, maupun sosial, serta ingin dicintai dan diterima di lingkungannya. Intinya, banyak orang fokus pada kepentingan diri sendiri.
Sebenarnya, keinginan-keinginan itu tidak selalu salah, seperti ingin berprestasi, sehat, atau kaya untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Namun, ketika semua itu hanya digunakan untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk kemuliaan Tuhan, maka semua itu menjadi sia-sia, bahkan membinasakan.
Masalahnya, kebahagiaan, kesuksesan, atau kekayaan di dunia ini hanya bisa dinikmati selama kita masih hidup. Setelah kita meninggal, semua itu tidak ada artinya. Sayangnya, banyak orang seperti “rabun jauh”, hanya memikirkan keuntungan sesaat tanpa mempertimbangkan kekekalan. Padahal, yang seharusnya kita utamakan adalah kehidupan setelah kematian. Semua yang kita miliki di dunia ini tidak ada gunanya jika kita binasa. Oleh karena itu, kita harus mencari hal-hal yang bernilai kekal, bukan sekadar kepuasan duniawi.
Hidup ini sementara dan sebelum meninggalkan dunia ini kita harus memaksimalkan hidup kita untuk kemuliaan Tuhan. Firman Tuhan dalam 2 Korintus 5:15 mengingatkan kita bahwa Kristus telah mati agar kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri, melainkan untuk Tuhan Yesus. Banyak orang terlihat sukses dan kaya, tetapi jika tidak mengenal Tuhan, sesungguhnya mereka tidak memiliki apa-apa. Lebih baik hidup sederhana, tetapi mengenal dan memiliki Tuhan daripada hidup dalam kemewahan, tetapi tidak mengenal Tuhan. Kita harus peduli pada orang-orang yang belum mengenal Tuhan atau yang hidup dalam kekurangan. Sebab, itulah tujuan hidup yang sejati, yaitu menjadi berkat bagi banyak orang.
Oleh sebab itu, mari kita renungkan kembali apa yang selama ini kita cari dan kita prioritaskan. Ingatlah bahwa kekekalan jauh lebih penting daripada kesenangan sementara. Jika kita bekerja keras dan berhasil, persembahkan yang terbaik untuk Tuhan dan gunakan semua itu untuk kemuliaan Tuhan. Miliki hikmat agar kita tidak terjebak dalam cara berpikir yang salah. Orang yang senantiasa rendah hati dan mau belajar akan diperkenan Tuhan. Hiduplah dengan tujuan yang benar, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama.

“Sesungguhnya, tujuan hidup yang benar dan sejati ialah mengenal Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak orang.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *