Percaya Diri
Oleh : Pdt. Dr. Ir. Wignyo Tanto, M.M, M.Th.
Ayat Renungan: Mazmur 23:4
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.”
Ketika seseorang masih sekolah, biasanya ia masih belum percaya diri dan cenderung tidak sombong. Namun, ketika lulus ia mulai merasa nilainya bertambah dan menjadi lebih percaya diri. Hal serupa juga terjadi ketika seseorang yang awalnya rendah hati, tetapi setelah memiliki uang, gayanya berubah, caranya memandang orang berubah, dan ia pun berjalan dengan percaya diri. Ini adalah beberapa contoh manusia-manusia yang percaya diri karena hal-hal fana, yang sebenarnya tidak tepat. Percaya diri seperti ini lama-kelamaan akan berubah menjadi kesombongan karena mengandalkan kekuatan sendiri dan memuja kefanaan seperti harta, popularitas, kekuasaan, atau koneksi dengan pejabat, dan lain-lain. Orang-orang seperti ini cenderung memandang rendah orang lain dan tidak lagi merasa membutuhkan Tuhan.
Percaya diri karena kekayaan, gelar, atau kekuasaan adalah jenis percaya diri yang keliru dan berbahaya dalam jangka panjang karena mengarah pada kesombongan. Seharusnya, kita percaya diri karena kasih Tuhan, bukan karena hal-hal duniawi. Orang yang tidak disayang Tuhan seharusnya merasa sedih, bukan bangga. Percaya diri yang benar berasal dari kesadaran bahwa Tuhan mengasihi kita sebagai anak-anak-Nya. Dengan keyakinan bahwa Roh Kudus memimpin hidup kita, kita pasti bisa menghadapi segala tantangan dan menjadi berkat bagi dunia.
Pemazmur memahami hal ini dengan baik. Ia percaya diri karena Tuhan adalah gembalanya sehingga ia tidak takut meskipun ia berjalan dalam lembah kekelaman (Mzm. 23:4). Kepercayaan diri seperti inilah yang seharusnya kita miliki, bukan karena kesuksesan duniawi, tetapi karena Tuhan senantiasa menyertai kita setiap saat. Mulai sekarang, janganlah percaya diri karena hal-hal fana, melainkan karena Tuhan yang senantiasa menyertai kita setiap saat. Motivasi kita haruslah karena kasih Tuhan, bukan karena kesehatan, kekayaan, atau pujian sesama. Dengan demikian, kita tidak akan jatuh dalam kesombongan.
Sebagai anak Allah, kita dituntut untuk hidup sesuai kehendak-Nya dan memiliki karakter seperti Bapa di surga setiap saat. Percaya diri karena Tuhan berarti kita harus hidup dalam kerendahhatian setiap saat, sekaya atau sepintar apa pun kita. Mulailah dari hal-hal kecil, seperti menjaga perkataan untuk memberkati sesama, memperhatikan dan memberi makan sesama, dan lain-lain.
Percayalah bahwa kita bisa berubah sebab Roh Allah tinggal dalam diri kita. Buka pikiran dan hati kita untuk firman Tuhan, seriuslah dalam hidup beriman, dan jangan mengeraskan hati. Hidup kita milik Tuhan dan dengan pertolongan-Nya kita bisa menjadi pribadi yang percaya diri dengan benar setiap saat.
“Percaya diri yang benar ialah percaya diri karena Tuhan senantiasa menyertai kita setiap saat.”